Guru Mesum Ngajak Selingkuh Untuk Kepuasan Seks
SEX NIMAT - Seorang wanita dengan jilbab hijau lumut tampak berjalan terburu-buru menuju ruang guru, belahan rok yang cukup sempit memaksa wanita itu mengayun langkah kecil nya cepat. Namun saat dirinya tiba diruangan yang dituju, disana hanya didapatinya Bu Nuria yang sibuk mengoreksi hasil ujian harian para siswa.
“Bu.. apa Pak Abdu sudah pulang?”
“Mungkin sudah,” jawab Bu Nuria, memandang Rena dengan wajah penuh curiga, setau Bu Nuria hubungan antara Rena dan Abdu memang tak pernah akur, meski sama-sama guru muda, pemikiran Rena dan Abdu selalu berseberangan. Rena yang idealis dan Abdu yang liberal.
“Memangnya ada apa Bu?” lanjut wanita itu, penasaran.
“Oh… tidak.. hanya ada perlu beberapa hal,” elak Rena.
“Apa itu tentang pengajuan kenaikan pangkat dan golongan?” tambah Nuria yang justru semakin penasaran.
“Bukan.. eh.. iya.. saya pamit duluan ya Bu,” ucap Rena bergegas pamit.
“Semoga saja SMS itu cuma canda,” ucapnya penuh harap, bergegas menuju parkir, mengacuhkan pandangan satpam sekolah yang menatap liar tubuh semampai dibalut seragam hijau lumut khas PNS, ketat membalut tubuhnya.
Mobil Avanza, Rena, membelah jalan pinggiran kota lebih cepat dari biasanya. Hatinya masih belum tenang, pikirannya terus terpaku pada SMS yang dikirimkan Abdu, padahal lelaki itu hanya meminta tolong untuk membantunya menyusun persyaratan pengajuan pangkat, tapi rasa permusuhan begitu lekat dihatinya.
Jantung Rena semakin berdebar saat mobilnya memasuki halaman rumah, di sana telah terparkir Ninja 250 warna hijau muda, “tidak salah lagi itu pasti motor Abdu,” bisik hati Rena. Di kursi beranda sudut mata wanita muda itu menangkap sosok seorang lelaki, asik dengan tablet ditangannya. “Kamu…” ucap Rena dengan nada suara tak suka.
Abdu membalas dengan tersenyum.
“Masuklah, tapi ingat suamiku tidak ada dirumah, jadi setelah semua selesai kamu bisa langsung pulang,” ucap Rena ketus, meninggalkan lelaki itu diruang tamu.
Beraktifitas seharian disekolah memaksa Rena untuk mandi, saat memilih baju, wanita itu dibuat bingung harus mengenakan baju seperti apa, apakah cukup daster rumahan ataukah memilih pakaian yang lebih formal.
“Apa yang ada diotak mu, Rena?!.. Dia adalah musuh bebuyutan mu disekolah,” umpat hati Rena, melempar gaun ditangannya ke bagian bawah lemari.
Lalu mengambil daster putih tanpa motif. Tapi sayangnya daster dari bahan katun yang lembut itu terlalu ketat dan sukses mencetak liuk tubuhnya dengan sempurna, memamerkan bongkahan payudara yang menggantung menggoda.
Rena kembali dibuat bingung saat memilih penutup kepala, apakah dirinya tetap harus mengenakan kain itu ataukah tidak, toh ini adalah rumahnya. Namun tak urung tangannya tetap mengambil kain putih dengan motif renda yang membuatnya terlihat semakin anggun, tubuh indah dalam balutan serba putih yang menawan.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 5 petang dan untuk yang kedua kalinya Rena menyediakan teh untuk Abdu. Sementara lelaki itu masih terlihat serius dengan laptop dan berkas-berkas yang harus disiapkan, sesekali Rena memberikan arahan.
Tanpa sadar mata Rena mengamati wajah Abdu yang memang menarik. “Sebenarnya cowok ini rajin dan baik, tapi kenapa sering sekali sikapnya membuatku emosi,” gumam Rena, teringat permusuhannya dilingkungan sekolah.
Pemuda yang memiliki selisih umur empat tahun lebih muda dari dirinya. Sikap keras Rena sebagai wakil kepala sekolah bidang kesiswaan berbanding terbalik dengan sikap Abdu yang kerap membela murid-murid yang melakukan pelanggaran disiplin.
“Tidak usah terburu-buru, minum dulu teh mu, lagipula diluar sedang hujan,” tegur Rena yang berniat untuk bersikap lebih ramah.
“Hujan?… Owwhh Shiiit.. Ibuku pasti menungguku untuk makan malam,” umpat Abdu.
Rena tertawa geli mendengar penuturan Abdu, “makan malam bersama ibumu? Tapi kamu tidak terlihat seperti seorang anak mami,” celetuk Rena usil, membuat Abdu ikut tertawa, namun tangannya terus bergerak seakan tidak tergoda untuk meladeni ejekan Rena.
“Bereeesss..” ucap Abdu tiba-tiba mengagetkan Rena yang asik membalas BBM dari suaminya.
“Jadi apa aku harus pulang sekarang?” tanya Abdu, wajahnya tersenyum kecut saat mendapati hujan diluar masih terlalu lebat.
“Di garasi ada jas hujan, tapi bila kamu ingin menunggu hujan teduh tidak apa-apa,” tawar Rena yang yakin motor Abdu tidak mungkin menyimpan jas hujan.
“Aku memilih berteduh saja, sambil menemani bu guru cantik yang sedang kesepian, hehehe…”
“Sialan, sebentar lagi suamiku pulang lhoo,”
Sesaat setelah kata itu terucap, Blackberry ditangan Rena menerima panggilan masuk dari suaminya, tapi sayangnya suaminya justru memberi kabar bahwa dirinya sedikit terlambat untuk pulang, dengan wajah cemberut Rena menutup panggilan.
“Ada apa, Rena..”
“Gara-gara kamu suamiku terlambat pulang,”
“Lhoo, kenapa gara-gara aku? Hahaha…” Abdu tertawa penuh kemenangan, dengan gregetan Rena melempar bantal sofa. Obrolan kembali berlanjut, namun lebih banyak berkutat pada dinamika kehidupan disekolah dan hal itu cukup sukses mencairkan suasana.
Rena seakan melihat sosok Abdu yang lain, lebih supel, lebih bersahabat dan lebih humoris. Jauh berbeda dari kacamatanya selama ini yang melihat guru cowok itu layaknya perusuh bagi dirinya, sebagai penegak disiplin para siswa.
“Aku heran, kenapa kamu justru mendekati anak-anak seperti Junot dan Darko, kedua anak itu tak lagi dapat diatur dan sudah masuk dalam daftar merah guru BK,” tanya Rena yang mulai terlihat santai. “Seandainya bukan keponakan dari pemilik yayasan, pasti anak itu sudah dikeluarkan dari sekolah,” sambungnya.
“Yaa, aku tau, tapi petualangan mereka itu seru lho, mulai dari nongkrong di Mangga Besar sampai ngintipin anak cewek dikamar mandi, guru juga ada lho yang mereka intipin,” “Hah? yang benar? gilaaa, itu benar-benar perbuatan amoral,” Rena sampai meloncat dari duduknya, berpindah ke samping Abdu.
AGEN POKER - “Tapi tunggu, bukankah itu artinya kamu mendukung kenakalan mereka, dan siapa guru yang mereka intip?” tanya Rena dengan was-was, takut dirinya menjadi korban kenakalan kedua siswa nya.
“Sebenarnya mereka anak yang cerdas dan kreatif, bayangkan saja, hanya dengan pipa ledeng dan cermin mereka bisa membuat periskop yang biasa digunakan oleh kapal selam,” ucap Abdu serius, memutar tubuhnya berhadapan dengan Rena yang penasaran.
“Awalnya mereka cuma mengintip para siswi tapi bagiku itu tidak menarik, karena itu aku mengajak mereka mengintip di toilet guru, apa kamu tau siapa yang kami intip?”
Wajah Rena menegang, menggeleng dengan cepat. “Siapa?,,,”
“kami mengintip guru paling cantik disekolah, Ibu Rena!”
“Apa? gilaaa kamu Abdu, kurang ajar,” Rena terkaget dan langsung menyerang Abdu dengan bantal sofa.
“ampuun Rena, Hahahaa,,”
“Sebenarnya kamu ini guru atau bukan sih? Memberi contoh mesum ke murid-murid, besok aku akan melaporkan mu ke kepala sekolah,” sembur Rena penuh emosi.
Abdu berusaha menahan serangan dengan mencekal lengan Rena.
“Hahahaa, aku bohong koq, aku justru mengerjai mereka, aku tau yang sedang berada di toilet adalah Pak Tigor dan apa kamu tau efeknya? Mereka langsung shock melihat batang Pak Tigor yang menyeramkan, Hahaha,” Rena akhirnya ikut tertawa, tanpa sadar jika lengannya masih digenggam oleh Abdu.
“Tu kan, kamu itu sebenarnya lebih cantik jika sedang tertawa, jadi jangan disembunyikan dibalik wajah galakmu,” ucap Abdu yang menikmati tawa renyah Rena yang memamerkan gigi gingsulnya. Seketika Rena terdiam, wajahnya semakin malu saat menyadari tangan Abdu masih menggenggam kedua tangannya.
Tapi tidak berselang lama bentakan dari bibir tipisnya kembali terdengar, “Hey!.. Kalo punya mata dijaga ya,” umpat Rena akibat jelajah mata Abdu yang menyatroni gundukan payudara dibalik gaun ketat yang tak tertutup oleh jilbab, Rena beranjak dan duduk menjauh, merapikan jilbabnya.
“Punyamu besar juga ya,” balas Abdu, tak peduli akan peringatan Rena yang menjadi semakin kesal lalu kembali melempar bantalan sofa. “Ga usah sok kagum gitu, lagian kamu pasti sudah sering mengintip payudara siswi disekolah?,,”
“Tapi punyamu spesial, milik seorang guru tercantik disekolah,”
“Sialan..” dengus Rena merapikan jilbabnya, tapi sudut bibirnya justru tersenyum, karena tak ada wanita yang tidak suka bila dipuji. Wajah Rena memerah , kalimat Abdu begitu vulgar seakan itu adalah hal yang biasa.
“Rena… liat dong,”
“Heh? Kamu mau liat payudaraku , gilaa… Benda ini sepenuhnya menjadi hak milik suamiku,” Wanita itu memeletkan lidahnya, tanpa sadar mulai terbawa sifat Abdu yang cuek.
“Ayo dooong, penasaran banget nih,”
“Nanti, kalo aku masuk kamar mandi intipin aja pake piroskop ciptaan kalian itu, hahaha..” Rena tertawa terpingkal menutup wajahnya, tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkannya.
“Yaaa, paling ngga jangan ditutupin jilbab keq,” sungut Abdu, keqi atas ulah Rena yang menertawakannya.
“Hihihi… Liat aja ya, jangan dipegang,” Ucap guru cantik itu dengan mata tertuju ke TV, lalu mengikat jilbabnya kebelakang.
“Kurang..”
“Apalagi? Bugil?” matanya melotot seolah-olah sedang marah, tetapi jantungnya justru berdebar kencang, menantang hatinya sejauh mana keberanian dirinya.
“satu kancing aja,”
“Dasar guru mesum,” Rena lagi-lagi memeletkan lidahnya lalu kembali menolehkan wajahnya ke TV, namun tangannya bergerak melepas kancing atas.
Tapi tidak berhenti sampai disitu, karena tangannya terus bergerak melepas kancing kedua lalu menyibak kedua sisinya hingga semakin terbuka, membiarkan bongkahan berbalut bra itu menjadi santapan penasaran mata Abdu. Entah apa yang membuat Rena seberani itu, untuk pertama kalinya dengan sengaja menggoda lelaki lain dengan tubuh nya.
“Punyamu pasti lebih kencang dibanding milik Nuria,” sambung Abdu, matanya terus terpaku ke dada Rena sambil mengusap-usap dagu yang tumbuhi jambang tipis, seolah menerawang seberapa besar daging empuk yang dimiliki wanita cantik itu. Tapi kata-kata Abdu justru membuat Rena kaget, bingung sekaligus penasaran. “Hhmmm.. Ada hubungan apa antara dirimu dan Bu Nuria?”
“Tidak ada, aku hanya menemani wanita itu, menemani malam-malamnya yang sepi,”
“Gilaaa.. Apa kamu… eeeenghhh,,,”
“Maksudmu aku selingkuhan Bu Nuria kan? Hahaha…” Abdu memotong kalimat Rena setelah tau maksud kalimat yang sulit diucapkan wanita itu. “Bisa dikatakan seperti itu, hehehe.. Tapi kami sudah mengakhirinya tepat seminggu yang lalu,”
“Kenapa?” sambar Rena yang tiba-tiba penasaran atas isu skandal yang memang telah menyebar dikalangan para guru mesum. Abdu menghela nafas lalu menyandarkan tubuhnya. “Suaminya curiga dengan hubungan kami, meski Nuria menolak untuk mengakhiri aku tetap harus mengambil keputusan itu, resikonya terlalu besar,”
“Apa kamu mencintai Bu Nuria?”
Abdu tidak langsung menjawab tapi justru mengambil rokok dari kantongnya, setelah tiga jam lebih menahan diri untuk tidak menghisap lintingan tembakau dikantongnya, akhirnya lelaki itu meminta izin, “Boleh aku merokok?”
“Silahkan..” jawab Rena cepat.
AGEN DOMINO INDONESIA - “Aku tidak tau pasti, Nuria wanita yang cantik, tapi dia bukan wanita yang kuidamkan,” beber lelaki itu setelah menghembuskan asap pekat dari bibirnya. Tapi wajah wanita didepannya masih menunjukkan rasa penasaran, “lalu apa saja yang sudah terjadi antara dirimu dan Nuria?” cecarnya.
“Hahahaha.. Maksudmu apa saja yang sudah kami lakukan?”
Wajah Rena memerah karena malu, Abdu dengan telak membongkar kekakuannya sebagai seorang wanita dewasa. “Nuria adalah wanita bersuami, artinya kau tidak berhak untuk menjamah tubuhnya,” ucap Rena berusaha membela keluguan berfikirnya.
Abdu tersenyum kecut, mengakui kesalahannya, “Tak terhitung lagi berapa kali kami melakukannya, mulai dari dirumahku, dirumahnya, bahkan kami pernah melakukan diruang lab kimia, desah suaranya sebagai wanita yang kesepian benar-benar menggoda diriku, rindu pada saat-saat aku menghamburkan spermaku diwajah cantiknya.”
Seketika wajah Rena terasa panas membayangkan petualangan, Nuria, “Kenapa kamu tidak menikah saja?” tanya Rena berusaha menetralkan debar jantungnya. “Belum ada yang cocok,” jawab Abdu dengan simpel, membuat Rena menggeleng-gelengkan kepala, wanita itu mengambil teh dimeja dan meminumnya.
“Rena.. selingkuhan sama aku yuk..”
Brruuuuuffftttt…
Bibir tipis Rena seketika menghambur air teh dimulutnya.
“Dasar guru mesum,” umpat Rena membuang wajahnya, yang menampilkan ekspresi tak terbaca, kejendela yang masih mempertontonkan rinai hujan yang justru turun semakin deras.
“Aku masak dulu, lapar nih,” ucap Rena, beranjak dari sofa berusaha menghindar dari tatapan Abdu yang begitu serius, jantungnya berdegub keras masih tidak percaya dengan apa yang diucapkan Abdu.
“Rena…” Panggilan Abdu menghentikan langkah wanita itu.
“Kenapa wajahmu jadi pucat begitu, tidak perlu takut aku cuma bercanda koq,” ujar lelaki itu sambil terkekeh.
“Siaaal, ni cowok sukses mengerjai aku,” umpat hati Rena.
“Aku tau koq, kamu tidak mungkin memiliki nyali untuk menggoda guru super galak seperti aku,” ucapnya sambil memeletkan lidah. Diam-diam bibirnya tersenyum saat Abdu mengikuti ke dapur. Hatinya mencoba berapologi, setidaknya lelaki itu dapat menemaninya saat memasak.
Rena dengan bangga memamerkan keahliannya sebagai seorang wanita, tangannya bergerak cepat menyiapkan dan memotong bumbu yang diperlukan, sementara Abdu duduk dikursi meja makan dan kembali berceloteh tentang kenakalan dan kegenitan para siswi disekolah yang sering menggoda dirinya sebagai guru mesum jomblo tampan.
“Awas aja kalo kamu sampai berani menyentuh siswi disekolah,” Rena mengingatkan Abdu sambil mengacungkan pisau ditangan, dan itu membuat Abdu tertawa terpingkal.
“Ckckckck, mahir juga tangan mu Rena,” Abdu mengkomentari kecepatan tangan Rena saat memotong bawang bombay.
“Hahaha… ayo sini aku ajarin..” tawar Rena tanpa menghentikan aksinya.
Tapi Rena terkejut ketika Abdu memeluknya dari belakang, bukan.. cowok itu bukan memeluk, karena tangannya mengambil alih pisau dan bawang yang ada ditangannya. “Ajari aku ya..” bisik Abdu lembut tepat ditelinganya.
Kepala wanita itu mengangguk, tersenyum tersipu. Tangannya terlihat ragu saat menyentuh dan menggenggam tangan Abdu yang ditumbuhi rambut-rambut halus. Perlahan pisau bergerak membelah daging bawang.
“tangan mu terlalu kaku, Hahahaa,”
“Ya maaf, tanganku memang tidak terlatih melakukan ini, tapi sangat terlatih untuk pekerjaan lainnya.”
“Oh ya? Contohnya seperti apa? Membuat periskop untuk mengintip siswi dikamar mandi? Hahaha,,,”
“Bukan, tapi tanganku sangat terampil untuk memanjakan wanita cantik seperti mu,” ucap lelaki itu, melepaskan pisau dan bawang, beralih mengusap perut Rena yang datar dan perlahan merambat menuju payudara yang membusung.
“Hahaha, tidaak tidaaak, aku bukan selingkuhanmu, ingat itu,” tolak Rena berusaha menahan tangan Abdu.
“Rena, jika begitu jadilah teman yang mesra untuk diriku, dan biarkan temanmu ini sesaat mengangumi tubuhmu, bila tanganku terlalu nakal kamu bisa menghentikanku dengan pisau itu, Deal?…”
Tubuh Rena gemetar, lalu mengangguk dengan pelan, “Ya, Deaaal.” ucap bibir tipisnya, serak. Rena kembali meraih pisau dan bawang dan membiarkan tangan kekar Abdu dengan jari-jarinya yang panjang menggenggam payudara nya secara utuh. Memberikan remasan yang lembut, memainkan sepasang bongkahan daging dengan gemas.
Mata Rena terpejam, kepalanya terangkat seiring cumbuan Abdu yang perlahan merangsek keleher yang masih terbalut jilbab. Romansa yang ditawarkan Abdu dengan cepat mengambil alih kewarasan Rena.
“Owwhhhh,” bibir Rena mendesah, kakinya seakan kehilangan tenaga saat jari-jari Abdu berhasil menemukan puting payudara yang mengeras.
“Abduuu,” ucap wanita itu sesaat sebelum bibirnya menyambut lumatan bibir yang panas.
Membiarkan lelaki itu menikmati dan bercanda dengan lidahnya, menari dan membelit lidahnya yang masih berusaha menghindar. “Eeeemmhhh…” wajahnya terkaget, Abdu dalam hisapan yang lembut membuat lidah nya berpindah masuk menjelajah mulut lelaki itu dan merasakan kehangatan yang ditawarkan.
Menggelinjang saat lelaki itu menyeruput ludah dari lidahnya yang menari. Jika Rena mengira permainan ini sebatas permainan pertautan lidah, maka wanita itu salah besar, karena jemari dari lelaki yang kini memeluknya penuh hasrat itu mulai menyelusup kebalik kancingnya.
“Boleh?”
Wanita berbalut jilbab itu tak berani menjawab, hanya memejamkan matanya dan menunggu keberanian silelaki untuk menikmati tubuhnya. Begitu pun saat tangan Abdu berusaha menarik keluar bongkahan daging padat yang membusung menantang dari bra yang membekap.
“Oooowwwhh, eemmppphhh,” tubuh Rena mengejang seketika, tangan lentiknya tak mampu mengusir tangan Abdu, hanya mencengkram agar jemari lelaki itu tidak bergerak terlalu lincah memelintir puting mungilnya.
“Rena.. Kenapa kamu bisa sepasrah ini?.. Benarkah kamu menyukai lelaki ini?.. Bukan.. Ini bukan sekedar pertemanan Rena.. Meski kau tidak menyadari aku bisa merasakan bibit rasa suka dihatimu akan lelaki itu, Rena…” hati kecil Rena mencoba menyadarkan. Tapi wanita itu justru berusaha memungkiri penghianatan cinta yang dilakoninya, berusaha mengenyahkan bisikan hati dengan memejamkan matanya lebih erat.
Wajahnya mendongak ke langit rumah, berusaha lari dari batinnya yang berteriak memberi peringatan. Pasrah menunggu dengan hati berdebar saat tangan Abdu mulai mengangkat dasternya keatas dan dengan pasti menyelinap kebalik kain kecil, menyelipkan jari tengah kecelah kemaluan yang mulai basah.
“Ooowwwhhhhhhh,” bibirnya mendesah panjang, berusaha membuka kaki lebih lebar seakan membebaskan jari-jari Abdu bermain dengan klitorisnya.
Kurihiiiing…
Kurihiiiing…
Dering HP mengagetkan keduanya, membuat pergumulan birahi itu terlepas. Kesadaran Rena mengambil alih seketika, dirinya semakin shock melihat nama yang tertera dilayar HP, ‘Mas Anggara’.
“Hallo mas, halloo,,” sambut Rena diantara usahanya mengkondisikan jantung yang berdegup kencang.
“Mas sedang dimana, kenapa belum pulang?” ucap Rena kalut dengan rasa takut dan bersalah yang begitu besar, seolah suaminya kini berdiri tepat didepannya.
“Mas masih dirumah sakit, mungkin tidak bisa pulang malam ini,” jawab suara besar diujung telpon.
“Iya.. Iya tidak apa-apa, Mas kerja saja yang tenang,”
Setelah mengucap salam, sambungan telpon dimatikan. Rena berdiri bersandar dimeja, menghela nafas panjang lalu meneguk liur untuk membasahi kerongkongannya yang terasa sangat kering.
“Abdu, terimakasih untuk semuanya, tapi kau bisa pulang sekarang,”
“Tidak Rena, kita harus menyelesaikan apa yang sudah kita mulai,”
“Apa maksudmu?… Tidak.. Aku bukan seperti Nuria yang kesepian, aku tidak memiliki masalah apapun dengan suamiku, keluarga yang kumiliki saat ini adalah keluarga yang memang kuidamkan…” wajah Rena menjadi pucat saat Abdu mendekat menempel ketubuhnya, mengangkat dasternya lebih tinggi, memeluk dan meremas pantat yang padat berisi.
BANDAR CEME INDONESIA - “Abdu, ingat!.. Kamu seorang guru, bukan pemerkosa..” didorongnya tubuh lelaki itu, tapi dekapan tangan Abdu terlalu erat.
“Yaa.. Aku memang bukan pemerkosa, aku hanya ingin menyelesaikan apa yang sudah kita mulai,”
“Gila kamu Abdu, aku adalah istri yang setia, tidak seperti wanita-wanita yang pernah kau tiduri ”
“Ohh ya?,,” Abdu tersenyum sambil menurunkan celananya dan memamerkan batang yang telah mengeras, batang besar yang membuat Rena terhenyak.
Tiba-tiba dengan kasar Abdu mencengkram tubuh Rena dan mendudukkan wanita itu diatas meja, dengan gerakan yang cepat menyibak celana dalam Rena, batang besar itu telah berada didepan bibir senggama Rena.
“Jangan Abdu, aku bisa berbuat nekat,” Rena mulai menangis ketakutan, meraih garpu yang ada disampingnya, mengancam Abdu.
“Kenapa mengambil garpu, bukankah disitu ada pisau?” Abdu terkekeh, wajah yang tadi dihias senyum menghanyutkan kini berubah begitu menakutkan.
“Aaaaaaaaaaaggghh…” Abdu berteriak kesakitan saat Rena menusukkan garpu ke lengan lelaki itu.
Lelaki itu menepis tangan Rena, merebut garpu dan melemparnya jauh, darah terlihat merembes dikemeja lelaki itu. “Bila ingin mengakhiri ini seharusnya kau tusuk tepat di ulu hatiku,” ucapnya dengan wajah menyeringai sekaligus menahan sakit.
“Tidaaak Abdu, hentikaaan,” Rena berhasil berontak mendorong tubuh besar Abdu lalu berlari kearah kamar, tapi belum sempat wanita itu menutup kamar Abdu menahan dengan tangannya.
“Aaaaagghh…” Abdu mengerang kesakitan akibat tangannya yang terjepit daun pintu, lalu dengan kasar mendorong hingga membuat Rena terjengkal.
“Dengar Rena.. Sudah lama aku menyukai mu, dan aku berusaha menarik perhatianmu dengan menentang setiap kebijakan mu,”
Dengan kasar Abdu mendorong wanita itu kelantai dan melucuti pakaiannya, Rena berteriak meminta tolong sembari mempertahankan kain yang tersisa, tapi derasnya hujan mengubur usahanya. Lelaki itu berdiri mengangkangi tubuh Rena yang terbaring tak berdaya, memamerkan batang besar yang mengeras sempurna, kejantanan yang jelas lebih besar dari milik suaminya.
Wanita itu menangis saat Abdu dengan kasar menepis tangan yang masih berusaha menutupi selangkangan yang tak lagi dilindungi kain. “Cuu.. Cukup Abdu, sadarlaaah..” sambil terus menangis Rena berusaha menyadarkan, tapi usahanya sia-sia, mata lelaki itu terhiptonis pada lipatan vagina dengan rambut kemaluan yang terawat rapi.
Dengan kekuatan yang tersisa Rena berusaha merapatkan kedua pahanya, namun terlambat, Abdu telah lebih dulu menempatkan tubuhnya diantara paha sekal itu dan bersiap menghujamkan kejantanannya untuk mengecap suguhan nikmat dari wanita secantik Rena.
“Ooowwhhh… Vagina mu lebih sempit dibanding milik Nuria,” desah Abdu seiring kejantanan yang menyelusup masuk ke liang si betina.
“Oohhkk.. Oohhkk..” bibir Rena mengerang menerima hujaman yang dilakukan dengan kasar, semakin keras batang besar itu menghujam semakin kuat pula jari-jari Rena mencakar tangan Abdu, air matanya tak henti mengalir.
Tubuhnya terhentak bergerak tak beraturan, Abdu menyetubuhinya dengan sangat kasar. Wajah lelaki itu menyeringai saat melipat kedua paha Rena keatas, memberi suguhan indah dari batang besar yang bergerak cepat menghujam celah sempit vagina Rena.
“Sayang, aku bisa merasakan lorong vaginamu semakin basah, ternyata kamu juga menikmati pemerkosaan ini, hehehe”
Plak…
Pertanyaan Abdu berbuah tamparan dari tangan Rena, tapi lelaki itu justru tertawa terpingkal, lidahnya menjilati jari-jari kaki Rena yang terangkat keatas dengan pinggul yang terus bergerak menghujamkan batang pusakanya. Puas bermain dengan kaki Rena, tangan lelaki itu bergerak melepas bra yang masih tersisa.
“Ckckckck… Sempurna, sejak dulu aku sudah yakin payudaramu lebih kencang dari milik Nuria,”
Tubuh Rena melengkung saat putingnya dihisap lelaki itu dengan kuat. “Oooooouugghh..”
“Pasti Nuria malam ini tidak bisa tidur karena menunggu batang kejantanan yang kini sedang kau nikmati, Oowwhhh kecantikan, keindahan tubuh dan nikmatnya vaginamu benar-benar membuatku lupa pada beringasnya permainan Nuria,” ucap Abdu, membuat Rena kembali melayangkan tangannya kewajah lelaki itu.
“Bajingan kamu, Abdu..” umpat wanita itu, tapi tak berselang lama bibirnya justru mendesah saat lidah Abdu bermain ditelinganya. “Oooowwwhhhhh….”
“Hehehe…akuilah, jika kamu juga menikmati pemerkosaan ini, rasakanlah besarnya penisku divagina sempit mu ini,”
Mata wanita itu terpejam, air matanya masih mengalir dengan suara terisak ditingkahi lenguhan yang sesekali keluar tanpa sadar. Hatinya berkecamuk, sulit memang memungkiri kenikmatan yang tengah dirasakan seluruh inderanya.
“Rena… Sadarlah, kamu wanita baik-baik, seorang istri yang setia, setidaknya tutuplah mulut nakal mu itu,” teriak hatinya mencoba mengingatkan, membuat air mata Rena semakin deras mengalir.
Yaa.. meski hatinya berontak, tapi tubuhnya telah berkhianat, pinggulnya tanpa diminta bergerak menyambut hentakan batang yang menggedor dinding rahim. Abdu tersenyum penuh kemenangan.
“Berbaliklah, sayang,” pintanya.
Tubuh Rena bergerak lemah membelakangi Abdu, pasrah saat lelaki itu menarik pantatnya menungging lebih tinggi, menawarkan kenikmatan dari liang senggama yang semakin basah. Jari-jari lentiknya mencengkram sprei saat lelaki dibelakang tubuhnya menggigiti bongkahan pantatnya dengan gemas.
“Oooowwwhhhh… Eeeeeenghhh..” pantat indah yang membulat sempurna itu terangkat semakin tinggi ketika lidah yang panas memberikan sapuan panjang dari bibir vagina hingga keliang anal.
Rasa takut dan birahi tak lagi mampu dikenali, matanya yang sendu mencoba mengintip pejantan yang membenamkan wajah tampannya dibelahan pantat yang bergetar menikmati permainan lidah yang lincah menari, menggelitik liang vagina dan anusnya, suatu sensasi kenikmatan yang tak pernah diberikan oleh suaminya.
Isak tangis bercampur dengan rintihan. Hati yang berontak namun tubuhnya tak mampu berdusta atas lenguhan panjang yang mengalun saat batang besar Abdu kembali memasuki tubuhnya, menghantam bongkahan pantatnya dengan bibir menggeram penuh nafsu.
Begitupun saat Abdu meminta Rena untuk menaiki tubuhnya, meski air matanya jatuh menetes diatas wajah sipejantan tapi pinggul wanita itu bergerak luwes dengan indahnya menikmati batang besar yang dipaksa untuk masuk lebih dalam.
“Aaaawwhhhh Renaa… Boleh aku menghamilimu?” ucap Abdu saat posisinya kembali berada diatas tubuh Rena, menunggangi tubuh indah yang baru saja meregang orgasme.
Wanita itu membuang wajahnya, bibirnya terkatup rapat tak berani menjawab hanya gerakan kepala yang menggeleng menolak, matanya begitu takut beradu pandang dengan mata Abdu yang penuh
birahi.
Batang besar Abdu bergerak cepat, orgasme yang diraih siwanita membuat lorong senggamanya menjadi sangat basah. Hentakan pinggul lelaki itu begitu cepat dan kuat seakan ingin membobol dinding rahim, memaksa Rena berpegangan pada besi ranjang penikahannya untuk meredam kenikmatan yang didustakan.
“Renaaaa.. Boleh aku menghamilimuuu?.. Aaaagghhh, cepaaaaat jawaaaaaaaab,” teriak Abdu yang menggerakkan pinggulnya semakin cepat.
Rena menatap Abdu dengan kepala yang menggeleng. “Jangaaan.. kumohooon jangaaaan… Abdu tersenyum menyeringai “Kamu yakin? Tidak ingin merasakan sensasi bagaimana sperma lelaki lain menghambur dirahim mu?”
Plaaak..
Rena kembali menampar wajah Abdu untuk yang kesekian kalinya, tapi kali ini jauh lebih keras. Wanita menjerit terisak, tapi kaki jenjangnya justru bergerak melingkari pinggul silelaki, tangannya memeluk erat seakan ingin menyatukan dua tubuh.
Tangis Rena semakin menjadi, menangisi kekalahannya. Tangannya menyusuri punggung Abdu yang berkeringat lalu meremas pantat yang berotot seakan mendukung gerakan Abdu yang menghentak batang semakin dalam.
“Kamu jahaaaaat Abduu.. jahaaaaat..” teriak Rena seiring lenguh kenikmatan dari bibir silelaki.
CAPSA SUSUN INDONESIA - Menghambur bermili-mili sperma dilorong senggama, menghantar ribuan benih kerahim siwanita yang mengangkat pinggulnya menyambut kepuasan silelaki dengan lenguh orgasme yang kembali menyapa, tubuh keduanya mengejat, menggelinjang, menikmati suguhan puncak dari sebuah senggama tabu.
“Kenapa kau mempermainkan aku seperti ini,” isak Rena dengan nafas memburu, tangannya masih meremasi pantat berotot Abdu yang sesekali mengejat untuk menghantar sperma yang tersisa kerahim si wanita.
“Karena aku mencintaimu,” bisik lembut si penjantan ditelinga betina yang membuat pelukannya semakin erat, membiarkan tubuh besar itu berlama-lama diatas tubuh indah yang terbaring pasrah. Membisu dalam pikiran masing-masing.
“Apa kamu bersedia menjadi teman selingkuhku?”
Rena menggeleng dengan cepat, “Aku tidak berani, Abdu, Ooooowwhhhhhh..” wanita itu melepaskan pagutan kakinya dan mengangkang lebar, membiarkan silelaki kembali menggerakkan pingulnya dan memamerkan kehebatan kejantanannya dicelah sempit vagina Rena.
“Tapi bagaimana bila aku memaksa?..”
“Itu tidak mungkin Oooowwhhh… Aku sudah bersuami dan memiliki anak, aaaahhhhhh…” Rena menggelengkan kepala, berusaha kukuh atas pendirian, meski pinggul indahnya bergerak liar, tak lagi malu untuk menyambut setiap hentakan yang menghantar batang penis kedalam tubuhnya.
Rena tak ingin berdebat, tangannya menjambak rambut Abdu saat bibir lelaki itu kembali berusaha merayu, membekap wajah Abdu pada kebongkahan payudara dengan puting yang mengeras.
“Kamu jahat, Abdu.. Tak seharusnya aku membiarkan lelaki lain menikmati tubuhku.. Ooowwwhh.. Ooowwwhhh…”
Setelahnya tak ada lagi kalimat lagi yang keluar selain desahan dan lenguhan dan deru nafas yang memburu. Hingga akhirnya bibir Abdu bersuara serak memanggil nama si wanita.
“Renaaaaa… Boleeeehkaaan?”
Rena menatap sendu wajah birahi Abdu, dengan kesadaran yang penuh wanita itu mengangguk lalu merentang kedua tangan dan kakinya, memberi izin kepada silelaki untuk kembali menghambur sperma kedalam rahimnya.
“Renaaaa..” panggil lelaki itu kembali, membuat siwanita bingung, sementara tubuhnya telah pasrah menjadi pelampiasan dari puncak birahi Abdu.
Dengan wajah memelas tangan Abdu bergerak mengusap wajah Rena, telunjuknya membelah bibir tipis siwanita.
“Dasar guru mesum, ” ucap Rena sambil menampar pipi Abdu tapi kali ini dengan lembut,
“kamu menang banyak hari ini, Abdu..” ucapnya lirih dengan mata sembap oleh air mata.
“Boleeeh?..”
Rena memalingkan wajahnya, lalu mengangguk ragu. Abdu bangkit mencabut batangnya lalu mengangkangi wajah guru cantik itu. Sudut mata Rena menangkap wajah tampan silelaki yang menggeram sambil memainkan batang besar tepat didepan wajah nya.
Jemari lentiknya gemetar saat mengambil alih batang besar itu dari tangan Abdu. Memberanikan diri untuk menatap lelaki yang mengangkangi wajahnya, kepasrahan wajah seorang wanita atas lelaki yang menikmati tualang birahi atas tubuhnya.
“Aaaaaaaagghhh.. Aaaaagghhh.. Renaaa..” wajah Abdu memucat seiring sperma yang menghambur kewajah cantik yang menyambut dengan mata menatap sendu. “Aaaaaagghhhh.. Sayaaaaaang..”
Tak pernah sekalipun Rena menyaksikan seorang pejantan yang begitu histeris mendapatkan orgasmenya, dan tak pernah sekalipun Rena membiarkan seorang pejantan menghamburkan sperma diwajah cantiknya. Dengan ragu Rena membuka bibirnya, membiarkan tetesan sperma menyapa lidahnya. Batang itu terus berkedut saat jari lentik Rena yang gemetar menuntun kedalam mulutnya.
Menikmati keterkejutan wajah Abdu atas keberaniannya. Bibirnya bergerak lembut menghisap batang Abdu, mempersilahkan lelaki itu mengosongkan benih birahi didalam bibir tipisnya.
“Ooooooowwwhhhhh.. Renaaaa…” Abdu mengejat, menyambut tawaran Rena dengan beberapa semburan yang tersisa.
“Cepatlah pulang.. Aku tidak ingin suamiku datang dan mendapati dirimu masih disini,” pinta Rena setelah Abdu sudah mengenakan kembali seluruh pakaiannya.
“Masih belum puas?.. dasar guru mesum,” ucapnya ketus saat Abdu memeluk dari belakang.
“aku bukanlah selingkuhan mu, catat itu,” Rena menepis tangan Abdu.
“Yaa.. Aku akan mencatatnya disini, disini, dan disini..” jawab Abdu sambil menunjuk bibir tipis Rena, lalu beralih meremas payudara yang membusung dan berakhir dengan remasan digundukan vagina.
“Dasar gila ni cowok,” umpat hati Rena, yang kesal atas ulah Abdu tetap terlihat cuek setelah apa yang terjadi.
Rena menatap punggung Abdu saat lelaki itu melangkah keluar, hujan masih mengguyur bumi Jakarta dengan derasnya, dibibir pintu lelaki itu berhenti dan membalikkan tubuhnya, menampilkan wajah serius.
“Maaf Rena, sungguh ini diluar dugaanku, semua tidak lepas dari khayalku akan dirimu, tapi aku memang salah karena mencintai wanita bersuami, Love you Rena..” ucap Abdu lalu melangkah keluar kepelukan hujan.
“Abdu.. Love u too,” teriak Rena dengan suara serak, membuat langkah Abdu terhenti
“Tapi maaf aku tidak bisa jadi selingkuhanmu.” lanjutnya.
“Mamaaaaaa, Elminaaaa pulaaaaang,” teriak seorang bocah dengan ceria, coba mengagetkan wanita yang sibuk merapikan tempat tidur yang berantakan, gadis kecil itu langsung menghambur memeluk tubuh Rena, ibunya.
Usaha gadis itu cukup berhasil, Rena sama sekali tidak menduga, Ermina, putri kecilnya yang beberapa hari menginap ditempat kakeknya dijemput oleh suaminya.
“Ini buat mama dari Elmina,” ucapnya cadel, menyerahkan balon gas berbentuk amor yang melayang pada seutas tali. “Elmina kangen mamaa, selamat valentine ya, ma, Semoga mama semakin cantik dan sehat selalu..”
Wajah mungil itu tersenyum ceria, senyum yang begitu tulus akan kerinduan sosok seorang ibu. Rena tak lagi mampu membendung air mata, menatap mata bening tanpa dosa yang menunjukkan kasih sayang seorang anak. Sementara dibelakang gadis itu berdiri suaminya, Anggara, sambil menggenggam balon yang sama.
“Selamat valentine, sayang,” ucap Anggara, tersenyum dengan gayanya yang khas, senyum lembut yang justru mencabik-cabik hati Rena.
Seketika segala sumpah serapah tertumpah dari hatinya, atas ketidaksetiaannya sebagai seorang istri, atas ketidak becusannya menyandang sebutan seorang ibu.
“Maafin Mama, sayang,” ucap Rena tanpa suara, memeluk erat tubuh mungil Ermina, terisak dengan tubuh gemetar. “Maafin mama, Pah,”
Tengah malam, Rena berdiri dibalik jendela, menatap gulita dengan gundah. Suaminya dan Ermina telah terlelap.
PING!…
Tanpa hasrat wanita itu membuka BBM yang ternyata menampilkan pesan dari Abdu.
“Besok pukul 12 aku tunggu di lab kimia, ”
Jemari kiri Rena erat menggenggam tangan suaminya yang tengah pulas tertidur, sementara tangan kanannya menulis pesan dengan gemetar. “Ya, aku akan kesitu,” .. END
========================================================================
Apakah anda sudah memiliki user ID untuk bermain Poker ? Jika belum segera hubungi Customer Service Online kami di WWW.AGENPOKER.BIZ dan Customer Service 24 jam kami akan melayani anda dengan ramah mengenai proses registrasi dan deposit.
Agenpoker.Biz Merupakan Solusi Judi Poker Online Terbaik Dalam Permainan Poker
Tidak ada komentar: